Bicara masyarakat Bondowoso tentunya tak hanya ada masyarakat jawa ataupun masyarakat madura saja yang mendiaminya. Dari dulu Bondowoso adalah kota yang membuka peluang kepada semua masyaraka yang ingin mendiaminya, selain dari faktor alam yang membuat Bondowoso adalah kota sejuk dan layak untuk menjadi tempat hunian Bondowoso waktu itu juga kota yang mempunyai peran penting baik dari faktor perekonomian dan pemerintahan se tapal kuda waktu era kolonial Belanda.
Masyarakat Arab di pendopo ki Ronggo Sumber dokumen Al Khairiyah |
Bicara tentang sejarah Bondowoso tentunya tak hanya ada “ peristiwa gerbong maut saja “i tapi banyak cerita perlawanan perlawanan masyarakat Bondowoso kepada pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu dan perlawanan kemerdekaan juga tak lepas dengan perjuangan Masyarakat Arab yang datang ke Bondowoso hingga saat ini mereka terkenal dengan julukan masyarakat kampong arab. Bicara tentang bangsa memang kita beda, namun kita semua adalah saudara dalam ikatan kalimat Tauhid, maklumlah pada waktu itu mayoritas agama masyarakat Bondowoso sama sama islam jadi masyarakat arab sangat mudah diterima dan dihormati dalam lingkungan sosial masyarakat Bondowoso waktu itu.
Ngomong – Ngomong kenapas sich kawan ada kampung arab, bahkan di setiap kota itu ada ?.
Kita bicara di Bondowoso saja ya. Bicara tentang keberadaan kampung arab di Bondowoso pertama yang harus kita bahas adalah asal usul masyarakat arab yang datang ke Bondowoso, kedatangan masyarakat arab ke Bondowoso melalui jalur laut karena Bondowoso adalah kota yang tidak mempunyai garis pantai maka dari pelabbuhan penarukan masyarakat arab menggunakan sarana transportasi kereta api, kedatangan masyarakat arab ke Bondowoso sendiri melalui 3 tahap, tahap pertama pada tahun 1881 pada waktu itu ada sekitar 164 yang di pimpin oleh Said Husein Al Muhdar pertama kali ketika mereka menetap di Bondowoso tepatnya di desa Karanganyar ( sekarang menjadi wilayah Tegal Ampel ) kedatangan mereka ke Bondowoso adalah berdagang, tahap ke dua terjadi pada tahun 1900 pada tahap kedua ini terdapat 125 orang , dan tahap ketiga terjadi pada tahun 1927 pada tahap ini orang orang arab dari hadrami relatif sedikit dibanding tahun tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan oleh peraturan pemerintah kolonial belanda yang sangat ketat terhadap kedatangan penduduk baru yang akan menetap di Indonesia.
Snouck Hurgronje |
Dari ulasan di atas kita bisa tarik kesimpulan bahwa pada masa itu, tentunya pada era pemerintahan Belanda untuk menetap dan hidup di Bondowoso tak semudah membalikkan telapak tangan , tapi masa itu biarlah berlalu kita harus mengesampingkan hal yang bersifat rasis kita disini akan belajar tentang sejarah. Kenapa sich ada kampung arab ? pada mulanya bangsa arab khususnya di Bondowoso berbaur dengan masyarakat Bondowoso, karena pada waktu itu pemerintah Belanda melihat perkembangan masyarakat arab sangat pesat khususnya pengaruhnya ditengah tengah masyarakat Bondowoso, maka pemerintah Belanda menilai pergerakan orang Arab ini sangat membahayakan kepada kepentingan pemerintahan kolonial Belanda, maka atas saran dari Snouck Hurgronje ( seorang orientalis yang mengkaji tentang keislaman dengan nama samaran Abdul Gaffar ) agar pemerintah kolonial Belanda membatasi ruang gerak masyarakat arab dengan pribumi pada saat itu mengeluarkan peraturan Ureemde Ous Terlenger dengan peraturan ini Belanda mengelompokkan golongan arab dalam perkampungan khusus di Bondowoso terkenal dengan Kampong arab, setiap wilayah kampung arab ditunjuk kapten Arab mungkin kalau sekarang bisa disebut dengan pak RT, pada masa itu ruang gerak masyarakat arab dengan pribumi sangat sulit dengan peraturan tersebut siapa saja yang keluar masuk perkampungan arab harus mempunyai paspor semacam surat izin gitulah ini asal usul adanya kampung arab di Bondowoso.