Bondowoso, kota yang satu ini bisa dibilang dengan kota sejuta kearifan lokal yang masih tetep bertahan di are Moderen saat ini, mungkin banyak yang bertanya mengapa kearifan lokal yang menjadi tradisi turun temurun dari leluhur bisa bertahan sampai saat ini ?. Ya karena kultur masyarakat masih memegang teguh petuah petuah leluhur dan sampai saat ini masih dilaksanakan oleh generasi muda rakyat republik kopi Bondowoso.
Mungkin masyarakat modern golongan yang lainnya akan menolak tradisi yang satu ini banyak alasan mulai dari alasan ribet sampat alasan yang dikait kaitkan dengan agamis seperti Bid'ah dll, sehingga mereka enggan untuk melaksanakan upacara adat yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang atau leluhur kita tempo dulu. Namun sejatinya upacara adat semacam ini pada dasarnya sama yaitu memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan harapan apapun yang akan kita lakukan akan mendatangkan keberkahan, selain itu kita juga turut melestarikan warisan leluhur kita sehingga identitas kita tidak kabur sebagai warga Indonesia.
Salah satu Kearifan lokal yang masih ada di Bondowoso adalah upacara adat Arokat Pakarangan ( rarokatan ). Upacara adat yang satu ini masih banyak dilaksanakan oleh masyarakat Bondowoso khususnya masyarakat pedesaan, namun besar kemungkinan masyarakat perkotaan masih memegang teguh kearifan lokal yang satu ini.
Arokat pakarangan artinya kurang lebih mendoakan tempat tinggal atau tanah yang didiami oleh orang yang punya hajatan( Pekarangan ) dengan harapan agar supaya orang yang mendiami tempat tinggal tersebut diberi ketentraman , kesehatan dan keselamatan. Upacara ini biasanya dilaksanakan sebelum masyarakat Bondowoso melaksanakan hajatan seperti hajatan kenduri, dan hajatan lainnya, sebelum dilaksanakan biasanya tetun rumah akan menyediakan hidangan berupa nasi tumpeng, bubur putih dan lauknya ikan ayam lengkap dengan telurnya kemudian nanti setelah semua hidangan sudah selesai biasanya tetuah desa akan melaksanakan doa bersama doanya juga secara islami yaitu pembacaan tahlil lengkap dengan wiritannya, untuk doa memang ada doa khusus biasanya kitab yang digunakan adalah kitan " Jami'atul do'a " terbitan Pondok Pesantren Islam Salafiyah Sukorejo konon masih karangan kyai kharismatik " KH Syamsul Arifin.
Setelah acara sudah dilaksanakan baru tuan rumah memberikan hidangan sajian kepada para jama'ah yang di undang. Dengan adanya tradisi rokatan diharapkan dapat mendatangkan keselamatan bagi seisi rumah yang nantinya akan melaksanakan hajatan, Jadi buat kalian generasi Muda ayo kita tetap lestarikan budaya leluhur kita agar nantinya tradisi asli Indonesia tidak punah dan masih bisa disaksikan oleh generasi muda bangsa ini.