JEMBATAN MERAH DAN PG PRADJEKAN

Siapa yang tak pernah lewat dan bertemu dengan gedung megah yang memproduksi manisnya gula Bondowoso, lokasinya tak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo, ya apa lagi kalau bukan PG Prajekan. Pabrik gula yang memproduksi gula berkwalitas dari petani tebu di Bondowoso ini masih tetap beroprasi hingga saat ini padahal pabrik yang ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda yang ada di Bondowoso tempo dulu.



PG.PRADJEKAN ini ejaan lamanya biasanya orang Bondowoso menyebutkan dengan pabrik gula PG Prajekan. PG Pradjekan didirikan pada tahun 1883 oleh perusahaan Belanda "NV Caltuur Mij Pradjekan " Yang merupakan investasi dari JW Bernie Anment dan Co, ngomong masalah Bernie coba dibaca artikel gus bolang  misteri makam djamila birney , pada saat didirikan luasnya sekitar 950 Ha dengan kapasitas giling 650 ton perhari adanya PG Pradjekan tak lepas dari sistem kebijakan pemerintah Belanda yaitu System of onterprice, pada tahun 1909 sampai tahun 1957 PG Pradjekan diambil alih oleh " Cultuur Handel en Industrie Bank yang berkedudukan di Surabaya, namun pada jaman pendudukan jepang PG Pradjekan sempat tidak beroprasi sampai pecahnya perang revolusi dan sejak 10 November 1957 PG Pradjekan diambil alih oleh Pemerintah RI dengan UU Nasionalisasi (UU No.26/1959 ) pada tahun 1959 PG.Pradjekan dibawah PPN Unit Jatim Rayon VIII. 



Tapi disisi lain ada hal yang unik dibalik PG. Pradjekan. Seperti Pabrik Gula pada umumnya biasanya penuh dengan truk truk yang mengangkut tebu, ada sisi unik di PG Pradjekan yaitu " Jembatan Merah " Upss  bukan di surabaya ya..... ini masih di Bondowoso tepatnya di PG prajekan yang lokasinya berada di Kecamatan Prajekan, bicara Jembatan merah di PG Prajekan konon jembatan ini masih warisan Belanda fungsinya kurang lebih menghubungkan PG Prajekan dengan desa sebelah " Desa Cangkring " yang konon dulu juga sentra penanaman tebu.



Jembatan merah bentuknya memang dicat merah sehingga warga menyebutnya dengan jembatan merah, dikiri dan kanan terdapat perumahan bergaya lawas entah apa masih perumahan sisa-sisa kolonial Belanda. Ngomong masalah jembatan merah yang berdiri kokoh di atas sungai saluran pembuangan Bendungan Sampean baru masih ada satu lagi sisi uniknya PG Pradjekan yaitu Loco kuno  yang saat ini masih ada dan sudah tidak difungsikan tapi kamu masih bisa menyaksikan saksi bisa jayanya PG Pradjekan, dan yang paling unik entah ini masih tetap ada apa tidak, kalau dulu waktu kecil gus bolang di kampung halaman biasanya pas jam sudah menunjukkan jam 07.00 WIB, PG Prajekan membunykan sirene, orang kampung halaman menyebutnya dengan istilah  serbung  karena bunyinya mirip seperti kereta api yang sudah sampai di stasiun.




Tak hanya PG Prajekan , masih banyak Pabrik Gula warisan kolonial Belanda. Tapi PG Prajekan bagi orang Bondowoso sangatlah penting sebagai saksi sejarah dan sebagai wujud kemandirian ekonomi para petani tebu, setidaknya kita bisa merasakan Bondowoso tak hanya manis dengan tapenya namun Bondowoso juga manis dengan gula tebunya.











Baca juga


Related Post