Iga Bakar Bebas Tulang, Hanya ada di Iga Bakar Si Jangkung

Siapa yang tidak kenal dengan kota Bandung? Kota yang pernah jadi lautan api saksi dari para pejuang kemerdekan dan para barisan Pasukan Laskar Siliwangi memerangi penjajah negeri ini. Kata beberapa orang, Bandung adalah kota galau. Kenapa demikian? Sebab kita tahu di kota tersebut dikenal banyak gadis -gadis cantik Sunda yang lebih sering disebut Mojang Bandung, akan tetapi banyak kabar beredar pula kalau gadis disana banyak yang belum punya pasangan. Bahkan, karena itu pula juga beberapa tahun kemarin sampai dibangun Taman Jomblo.

Pergi ke Bandung tentu bukan hanya karena ingin ketemu gadis - gadis cantik. Di sana kita bisa pergi ke berbagai tempat wisata. Kebanyakan wisata di daerah Bandung adalah wisata alam seperti salah satu tempat wisata di daerah Bandung Selatan yang menjadi favorit adalah Situ Patenggang Ciwidey. Namun, bukan berarti Bandung tidak punya wisata lainnya yang bisa anda nikmati. Apalagi kalau bukan wisata kuliner yang khas dengan kota kembang ini.

Berbicara kuliner Bandung tentu anda sudah banyak yang tahu dan tidak asing lagi dengan nama - nama makanan seperti Batagor, Siomay, Seblak, Cilok, Cireng dll yang memang dikenal berasal atau banyak dijual di area Bandung. Akan tetapi, dalam artikel kali ini saya tidak akan membahas makanan - makanan tersebut. Tapi saya akan bahas tentang salah satu kuliner Bandung yang juga sangat terkenal, yaitu kuliner Iga bakar.

Mungkin diantara anda sudah ada yang pernah makan Iga Bakar. Tapi apakah anda sudah pernah mampir dan mencicipi Iga Bakar Si Jangkung?
Tempat kuliner Iga Bakar Si Jangkung ini memang cukup jauh dari sebutan mewah. Meski terletak di pinggir jalan akan tetapi bisa dipastikan Iga Bakar Si Jangkung tidak pernah sepi pembeli. Jika ingin mencicipi mantapnya Iga Bakar langsung saja ke Jalan Cipaganti No.75B - Bandung, tepatnya sebelum Masjid Raya Cipaganti. Cari saja warung yang paling rame, pasti tidak susah.

Adalah Slamet Haryanto, pemilik sekaligus pendiri atau pencetus tempat makan dengan menu andalan Iga Bakar ini. Bukan berarti ia tidak pernah mengalami pahitnya berdagang, justru karena banyaknya pil pahit itulah ia bisa meraih kesuksesan seperti sekarang ini.
Pada awal berdiri, saat itu tahun 1996. Haryanto yang memang punya hobi masak memutuskan mencoba buka usaha dagang masak. Dan saat itu ia coba berjualan seperti orang tuanya, berjualan sate. Awal menjajakan dagangan, ia memakai gerobak dan berkeliling sekitar Cipaganti hingga Hegarmanah. Bukan hanya menjual sate saja, tapi ia juga menjual nasi goreng, tongseng dan juga gulai.

Sama halnya seperti semua orang yang memulai usaha, ia pun merasakan beratnya berdagang. Namun, semangat Haryanto memang pantas diacungi jempol. Ia tidak mudah putus asa dan dengan cepat ia bangkit serta bersemangat. Samapi akhirnya ia pun menikah dan tetap berjualan sate.
Pasca menikah, ia mendapat modal dari orang tuannya. Dengan modal itu ia lengkapi gerobaknya dengan tenda dan perlengkapan lain. Ia pun akhirnya mangkal di Jalan Setiabudi dan mengusung nama Si Jangkung. Namun cobaan kembali datang, pengalaman mendapat perlakuan kasar dari Satpol PP pun pernah ia alami. Sampai akhirnya, dengan semangatnya yang terus maju ia bisa "move on".
Iga Bakar Bebas Tulang, Hanya ada di Iga Bakar Si Jangkung

Ia sadar kalau penjual sate semakin banyak saat itu dan ia sadar kalau orang Bandung cukup suka makan dan sering cari makanan yang aneh - aneh. Akhirnya, pada tahun 2000 lahirlah usaha baru milik Haryanto yaitu Iga Bakar dengan resep rahasia yang ia dapat dari orang tuanya. Resep tersebut lalu ia racik kembali hingga benar-benar sempurna sampai bisa membuat pelangganya kian bertambah sekarang ini. Bahkan dalam satu hari saja ia bisa menjual hingga 700an porsi Iga bakar seharga Rp 35.000 tersebut.

Bagi yang baru makan disana biasanya akan sedikit bertanya - tanya, sebab tidak akan menemukan tulang pada menu yang dipesan. Padahalkan Iga, kok tidak ada tulangnya. Itulah yang menjadi salah satu ciri dari Iga Bakar Si Jangkung ini selain cara penyajiannya yang juga mengguankan gerabah tanah liat (cobek) yang juga digunakan untuk membakar iga secara langsung bersama bumbu racikannya.

Haryanto sengaja membuang langsung tulang iganya sebab ia tahu kalau orang-orang hanya akan makan dagingnya saja. Hal ini juga ia terapkan pada menu sate yang juga masih ia pertahankan, satenya tidak lagi memakai tusuk jadi tinggal leb aja pake garpu atau sendok. Masalah rasa, tidak perlu kuatir. Salah satu tempat wisata kuliner di Bandung yang selalu ramai, tentu tidak mungkin punya rasa yang biasa saja. Kalau tidak percaya, coba saja sendiri pasti ketagihan.


Baca juga


Related Post