TRADISI PERNIKAHAN ALA MASYARAKAT BONDOWOSO BAGIAN TIMUR

Pagi itu gus bolang tiba di ghuluk. Sekitar jam 07.00 WIB suasana dusun waktu itu bisa dibilang sedikit sibuk meskipun dusun ini dipisahkan oleh jurang yang bisa dibilang dalam yang menjadi pembatas antara dusun sebelah, namun aroma kekluargaan masyarakat sangat terasa, gotong royong masih bisa saya temukan di tempat terpencil ini, rumah rumah sederhana tak ada satupun yang megah seperti di kota menjadi pemandangan tersendiri di dusun ini, Sound syistem  waktu itu terdengan memecah kesunyian dusun Ghuluki dengan irama hadrah banjari, mata saya tertuju kepada sepasang mempelai yang menunggangi kuda hias dengan sangat gagahnya ya  ini tradisi upacara pernikahan di Bondowoso bagian timur.



Mugkin ini bisa dibilang masih kuno, kolot dan tidak moderent mungkin itu anggapan dari kebanyakan masyarakat urban, namun bagi saya pribadai ini bener benar sangat istimewa. Tampa membuang tradisi yang diturunkan oleh leluhur mereka, mereka tetap melestarikan sampai saat ini, Mamaca, kejhung ,hadrah mungkin ini yang banyak saya temuka di tempat ini, musik tradisional yang masih mendapat hati di tengah masyarakat dusun ghuluk.



Dua mempelai pengantin dengan gagah ada di atas kuda jheren kenca'an dibelakang mereka banyak masyarakat yang mengiringinya. beberapa menit sampai di rumah dan para undangan duduk dengan rapi bersilah mungkin mereka lagi menunggu pengantin, pengantinpun tiba lantunan sholawat langsung dibacakan oleh Jamaah hadrah  dengan diiringi tabuhan rebana membuat suasana pernikahan sangat begitu sakral, sayapun juga turut berbaur di tengah undangan yang sedang berkumpul dibawah terop yang terbuat dari terpal.
Ya nabi salam alaika ,,,, ya rosul salam alayka
ya habib salam alaika ...... sholawattullah alayka.
pengantin peria mulai bersalaman kepada para undangan yang hadir dalam acara pernikahan, tradisi itu disebut dengan sarakalan.



Dalam acara tersebut kyai juga sangat berperan untuk memberikan tausiah kepada masyarakat. Singkat cerita semua prosesi acara sudah selesai berlangsung, sebagian undangan sudah pulang dan saatnya atraksi dimulai. Atraksi kuda biasanya masyarakat menyebutnya dengan jeren kenca' sudah proses atraksi selesai baru pengantin pria menunggangi kuda lagi dengan memakai songkok hitam, dan diarak mengelilingi halaman tempat acara tadi, sampai si mempelai pria puas , dengan kelihayan pawang kuda yang profesional, si kuda tiba tiba jongkok seperti orang yang sedang menyembah kepada tuannya, disaat itu banyak masyarakat disekitar rumah mempelai pria menghampiri si mempelai pria dan pemandangan aneh dan baru saya temukan di sini, tiba tiba masyarakat memberikan uang kepada mempelai pria, anehnya mereka memberikan dengan cara menyelipkan di songkok hitamnya, tradisi ini namanya Cacapan , ada filosofi dibalik tradisi ini dengan tradisi ini merupakan wujud kepedulian masyarakat menyambut keluarga baru ditengah tengah kehidupan mereka, dan uang hasil dari cacapan dipercaya sangat barokah untuk dibuat usaha keluarga.


Saya sangat bangga kepada masyarakat dusun ghuluk yang masih tetap mempertahankan kearifan lokal yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Banyak hal yang saya temukan di dusun ini, meskipun jauh dari kata mewah disini tapi saya sangat betah berlama lama bersama masyarakat dusun ghuluk, sajian sate sapi dengan kuah khas masyarakat dusun ghuluk, dodol ,dan wajik menjadi sajian penutup saya di dusun ini, inilah tradisi warga Bondowoso yang masih banyak masyarakat diluar sana belum mengetahuinya.

 Doc : Achmad Taufik. pernikahan saiful bahri dan watie , Lokasi : Dusun Ghuluk, Desa Bajuran, Kacmatan Cermee Kabupatn Bondowoso.

Bondowoso 13 Oktober 2016.



 

Baca juga


Related Post