Mencoba hal yang baru dalam kehidupan kita , kamu akan menemukan suatu pengalaman yang tak seperti biasa dengan pengalaman sebelumnya apa lagi dalam dunia traveling yang terkadang banyak para traveler berkata" ubah cara travelingmu". Tapi bagaimana jika kamu mengubah kehidupanmu 180 derajad ? Maybe .
Sungai Dhelubeng The litle amazone in Indonesia |
Kali ini perjalanan gus bolang mencoba satu hari hidup sederhana jauh kata modernt tepatnya saya mengasingkan diri bersama sahabat saya maufiroh, dan teman teman saya , lokasi yang saya pilih di dusun koarah Kecamatan Pakem. Ah lokasi desa memang sangat terpencil tepatnya di antara pegunugan Argopuro yang hanya dibatasi oleh sungai dheluben, butuh perjuangan extra menuju dusun koarah apa lagi dengan si Mio tua saya yang terkadang membuat saya relah turun dari sepeda motor untuk mendorongnya sugguh perjuangan untuk mencari suatu kedamaian.
Sepanjang jalan yang saya lewati banyak pengarajin kerai dan Bhise' tempat rantang ikan, hampir setiap rumah saya melihat hal yang serupa semua rata rata pengrajin bambu yang banyak tumbuh di sekitar kecamatan Pakem. Sesekali saya melihat disekeliling saya , lahan sawah masyarakat yang di buat terasering seperti di Ubud Bali tapi saya sadar ini Bondowoso, sekitar hampir 1 jam perjalanan saya maklum sepeda tua saya memang lambat dan banyak menguras tenaga saya untuk mendorongnya.
Pemandangan alam yang indah dengan latar kota Bondowoso, jember dan Situbondo membuat saya terteguh kagum inilah alam saya Bondowoso sesekali saya melihat kawanan monyet dan burung emprit yang menyambut kedatangan saya di desa itu. dari atas bukit saya memandang dengan samar - samar diantara kabut tipis waktu itu ,dusun Koarah terlihat dari atas bukit.
" wah ini dusun koarah itu toh "
" ya benar mas "
" serius satu malam di disini kawan "
" sangat serius mas "
langkah kami teruskan ke dusun yang berada di balik bukit dan harus menuruni bukit dengan jalan yang berkelok kelok sungguh indah ini benar benar desa di diantara pegunungan argopuro. penduduk yang sangat ramah menyambbut kita dan dengan gratis memberikan tempat tinggal sementara untuk tempat kita bermalam disana. Malam itu kami sempatkan untuk mengunjungi rumah penduduk di sana, kopi andung yang mengepul menjadi hidangan saya waktu itu bersama sahabat saya, lolongan anjing sesekali saling bersahut - sahutan membuat malam itu berkesan bagi kita untuk menjauh dari rutinitas pekerjaan yang hampir membuat stres, suasana semakin malam tak ada penerangan di jalan- jalan dusun koarah hanya modal senter sebagai nahkoda kita kamipun harus merebahkan tubuh kami di salah satu rumah penduduk yang bersedia menampung kedatangan kami sementara.
Mentari pagi di desa ini benar sangat lambat jam 7 baru bisa melihat indahnya sang mentari hal itu sudah biasa karena lokasi dusun berada di lembah bukit. Kopi andung dan nasi dari padi gogo dengan lauk sederhana menjadi hidangan pembuka pada saat itu, ada yang unik di dusun itu dari salah satu warga yang saya ajak ngobrol pagi itu padi di dusun koarah sudah dari beberapa generasi alias padi turun temurun dari kakek nenek mereka padi yang rasanya enak dan punel tak pernah saya temukan di tempat saya dan yang buat kami kagum padi disini tak pernah mereka jual untuk mata pencaharian penduduk hanya menjual hasil ladang jagung dan tembakau.
Sarapan pagi sudah selesai saatnya saya mencoba menjelajah keindahan alam dusun itu. pemandangan alam yang indah membius kami untuk terus menjelajahi keindahan alam di tempat yang kami pijak. sungai dhelubeng, air terjun kecil di bawah sungai dhelubeng, bukit bukit rengganis, dan tebing cadas pemandangan yang kami temukan disana ,sumpah ini keren. suasana yang tenang ingin buat saya berlama - lama di tempat ini .
Satu lagi pemandangan yang buat saya kagum tenang tempat ini tak hanya alamnya yang indah yang membuat saya kagum tapi penduduknya yang masih kukuh memegang adat istiadat membuat saya kagum inilah Indonesia. dari kejauhan saya lihat satu keluarg lengkap dengan ketiga anaknya membawa hasil panen padi Gogo yang mereka panen dari ladang mereka sendiri , ketika saya tanya " Pak kok anaknya juga ikut kerja berat "
" Ini tak berat nak coba saja "
saya coba satu pikul padi dan benar kata bapak memang tak berat tapi yang buat berat medannya bagi saya hahahaha maklum sudah obesitas dan yang saya tambah kagum ini sudah jadi tradisi. bener bener Indonesia banget, dan waktu mengajak kami harus meninggalkan dusun yang damai itu kamipun berpamitan kepada keluarga yang memberikan kami tumpangan penginapan gratis satu kata yang sampai saat ini masih saya ingat " Jangan pernah kapok untuk datang kembali ke tempat kami ".
Sepanjang jalan yang saya lewati banyak pengarajin kerai dan Bhise' tempat rantang ikan, hampir setiap rumah saya melihat hal yang serupa semua rata rata pengrajin bambu yang banyak tumbuh di sekitar kecamatan Pakem. Sesekali saya melihat disekeliling saya , lahan sawah masyarakat yang di buat terasering seperti di Ubud Bali tapi saya sadar ini Bondowoso, sekitar hampir 1 jam perjalanan saya maklum sepeda tua saya memang lambat dan banyak menguras tenaga saya untuk mendorongnya.
Pemandangan alam yang indah dengan latar kota Bondowoso, jember dan Situbondo membuat saya terteguh kagum inilah alam saya Bondowoso sesekali saya melihat kawanan monyet dan burung emprit yang menyambut kedatangan saya di desa itu. dari atas bukit saya memandang dengan samar - samar diantara kabut tipis waktu itu ,dusun Koarah terlihat dari atas bukit.
" wah ini dusun koarah itu toh "
" ya benar mas "
" serius satu malam di disini kawan "
" sangat serius mas "
langkah kami teruskan ke dusun yang berada di balik bukit dan harus menuruni bukit dengan jalan yang berkelok kelok sungguh indah ini benar benar desa di diantara pegunungan argopuro. penduduk yang sangat ramah menyambbut kita dan dengan gratis memberikan tempat tinggal sementara untuk tempat kita bermalam disana. Malam itu kami sempatkan untuk mengunjungi rumah penduduk di sana, kopi andung yang mengepul menjadi hidangan saya waktu itu bersama sahabat saya, lolongan anjing sesekali saling bersahut - sahutan membuat malam itu berkesan bagi kita untuk menjauh dari rutinitas pekerjaan yang hampir membuat stres, suasana semakin malam tak ada penerangan di jalan- jalan dusun koarah hanya modal senter sebagai nahkoda kita kamipun harus merebahkan tubuh kami di salah satu rumah penduduk yang bersedia menampung kedatangan kami sementara.
Mentari pagi di desa ini benar sangat lambat jam 7 baru bisa melihat indahnya sang mentari hal itu sudah biasa karena lokasi dusun berada di lembah bukit. Kopi andung dan nasi dari padi gogo dengan lauk sederhana menjadi hidangan pembuka pada saat itu, ada yang unik di dusun itu dari salah satu warga yang saya ajak ngobrol pagi itu padi di dusun koarah sudah dari beberapa generasi alias padi turun temurun dari kakek nenek mereka padi yang rasanya enak dan punel tak pernah saya temukan di tempat saya dan yang buat kami kagum padi disini tak pernah mereka jual untuk mata pencaharian penduduk hanya menjual hasil ladang jagung dan tembakau.
Sarapan pagi sudah selesai saatnya saya mencoba menjelajah keindahan alam dusun itu. pemandangan alam yang indah membius kami untuk terus menjelajahi keindahan alam di tempat yang kami pijak. sungai dhelubeng, air terjun kecil di bawah sungai dhelubeng, bukit bukit rengganis, dan tebing cadas pemandangan yang kami temukan disana ,sumpah ini keren. suasana yang tenang ingin buat saya berlama - lama di tempat ini .
Satu lagi pemandangan yang buat saya kagum tenang tempat ini tak hanya alamnya yang indah yang membuat saya kagum tapi penduduknya yang masih kukuh memegang adat istiadat membuat saya kagum inilah Indonesia. dari kejauhan saya lihat satu keluarg lengkap dengan ketiga anaknya membawa hasil panen padi Gogo yang mereka panen dari ladang mereka sendiri , ketika saya tanya " Pak kok anaknya juga ikut kerja berat "
" Ini tak berat nak coba saja "
saya coba satu pikul padi dan benar kata bapak memang tak berat tapi yang buat berat medannya bagi saya hahahaha maklum sudah obesitas dan yang saya tambah kagum ini sudah jadi tradisi. bener bener Indonesia banget, dan waktu mengajak kami harus meninggalkan dusun yang damai itu kamipun berpamitan kepada keluarga yang memberikan kami tumpangan penginapan gratis satu kata yang sampai saat ini masih saya ingat " Jangan pernah kapok untuk datang kembali ke tempat kami ".